Friday, October 17, 2008

Warna-warni Laskar Pelangi

Laskar Pelangi menjadi fenomena yang membanggakan, tidak hanya dari segi karya sastranya lewat novelnya, tapi juga untuk perfilman Indonesia. Laskar Pelangi ternyata telah melampaui jumlah penonton Ayat2 Cinta yang juga booming. Memang bener banget, dari pertama premier, sampe sekarang, kursi tetap penuh. Penonton yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, sampai anak kecil berdesakan di pintu gedung bioskop. Terlihat juga beberapa rombongan yang sepertinya dari instansi tertentu menyempatkan diri menonton film yang sarat makna ini.

Motret langsung di posternya hehehe...ada bayangan kepalaku

Laskar Pelangi berkisah tentang 10 anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong, di Belitong nan jauh di sana. Dibimbing oleh guru yang penuh pengabdian yakni Bu Muslimah (diperankan oleh Cut Mini). Menurut para sineas yang menggarapnya (Mira Lesmana, Riri Reza) termasuk pengarang novelnya (Andrea Hirata) film ini memang agak berbeda dari novelnya (namun bukan esensinya) karena tidak mungkin semua yang ada di novel divisualisasikan secara utuh. Andrea Hirata sendiri lebih senang jika filmnya ini memang digarap agak berbeda, karena persepsi novel dan persepsi di film mungkin beda.

Penonton disuguhi pemandangan pantai Belitung yang indah dan tingkah polah anak-anak Laskar Pelangi yang kocak (diperankan dengan sangat natural oleh anak-anak asli Belitong). Dikisahkan Ikal (Andrea Hirata-diperankan oleh Lukman Sardi) yang mengenang kembali masa SD nya di Belitong. Laskar Pelangi terdiri dari Ikal, Harun, Mahar, Sahara, Lintang, Kucai, Samson, trus sapa lagi ya hehehe…lupa. Film ini sangat enak dinikmati, melihat bagaimana perjuangan anak pedalaman dalam menuntut ilmu, diwarnai kejadian-kejadian lucu, misalnya ketika Samson memaksa teman-temannya mengekarkan badannya, atau cinta monyet Ikal pada A Ling. Namun yang paling mengharukan adalah ketika si cerdas luar biasa, Lintang harus meninggalkan bangku sekolah karena harus mengasuh adik-adiknya. Dan akhirnya ia menjadi supir dan kuli kopra (iya ga? Pokoknya nasibnya beda jauh dengan Ikal).

Overall ceritanya sangat menyentuh, sinematografinya juga bagus plus OST motion picture yang digarap suami istri Aksan dan Titi Sjuman pas banget di tiap adegan. Yang paling penting adalah maknanya, seperti diungkapkan di lagu Nidji (Laskar Pelangi), “menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga, bersyukurlah pada yang kuasa”. Hmmm jadi pengen nangis..

Ceritanya memang sepintas menggantung, tidak dijelaskan bagaimana kehidupan laskar pelangi yang lain selain Ikal dan Lintang. Tapi malah menarik menurut aku, ini memang bukan film yang (melulu) harus menceritakan bagaimana ending semua tokohnya, yang bahagia, seperti diinginkan penonton. Kalau pengen nonton yang kaya gitu, nonton telenovela atau sinetron Indonesia aja kaleee…hehehe.

Nih..penuh banget to, anak kecil juga pengen liat...

3 comments:

Jagungmanis said...

bar nongkrong ng bioskop toh, Sar? hehe
ketoke kok te2p apik bukune yo? opo krn aku g pati sneng ntn film kali,yo...

btw, drimu mbien sma ndi?

Jagungmanis said...

hoalah...berarti kœ kancaku no... ws rasah ngundang mbak! wkwkwkwk pantesan kok jnengmu kui g asing. cuma pas tak delok potomu kok aku g kenal yo? hahaha mesti mbien ra tau sekelas yo kita..wkwkwk dadi geli ki...

philein8logos said...

haii..aku tau blogsmu dari suara merrdeka,,terus penasaran pengen liat..

ini pertama kalinya aku buat blogs,,mau ga jadi pengikut blogsku yang pertama??hehehehe

akuwh anak UNDIP,,

tulisanmu yang laskar pelangi ini aku suka..aku juga suka banget sama laskar pelangi,,

aku udah baca tetralogi laskar pelangi semuanyah..